jagoinvestasi.biz.id – Pada tanggal 29 Agustus 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penurunan tajam akibat gejolak sosial-politik yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Penurunan tersebut dipicu oleh aksi demonstrasi besar-besaran yang menuntut pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), menyusul dugaan berbagai skandal dan ketidakpuasan publik terhadap kinerja lembaga legislatif tersebut.
Ketidakstabilan ini membuat investor global bersikap defensif. Data menunjukkan bahwa investor asing secara masif melakukan aksi jual, menyebabkan tekanan tambahan pada IHSG. Namun, di tengah tekanan tersebut, terbuka peluang bagi investor domestik untuk melakukan akumulasi terhadap saham-saham dengan fundamental kuat yang saat ini diperdagangkan pada valuasi lebih rendah.
IHSG Tergelincir di Tengah Aksi Demonstrasi Nasional
IHSG pada hari Jumat, 29 Agustus 2025, ditutup melemah sebesar 2,15%, turun ke level 6.780 dari posisi sebelumnya di 6.930. Penurunan ini merupakan yang terbesar dalam satu hari sejak awal kuartal ketiga 2025. Tekanan jual terjadi merata di hampir seluruh sektor, termasuk perbankan, telekomunikasi, properti, dan barang konsumsi.
Aksi demonstrasi yang terjadi serentak di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Makassar, menjadi katalis utama penurunan indeks. Ribuan massa turun ke jalan membawa tuntutan pembubaran DPR, menyuarakan ketidakpuasan terhadap kinerja lembaga legislatif yang dinilai tidak lagi mewakili aspirasi rakyat.
Meskipun demonstrasi berlangsung secara umum damai, kehadiran massa dalam skala besar dan meningkatnya tekanan sosial membuat pasar merespons negatif. Ketidakpastian politik menjadi musuh utama investor jangka pendek, terutama bagi investor institusional asing.
Investor Asing Melakukan Aksi Jual Besar-Besaran
Ketidakpastian politik yang muncul akibat tekanan terhadap DPR mendorong arus keluar modal asing (capital outflow). Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa pada 29 Agustus saja, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 2,3 triliun, mencerminkan reaksi keras terhadap ketidakpastian politik dalam negeri.
Selama Agustus 2025, total aksi jual bersih investor asing telah melebihi Rp 7 triliun, dengan sebagian besar dana keluar dari saham-saham berkapitalisasi besar seperti:
-
BBCA (Bank Central Asia)
-
BBRI (Bank Rakyat Indonesia)
-
TLKM (Telkom Indonesia)
-
ASII (Astra International)
Saham-saham tersebut menjadi target utama karena bobot besar terhadap IHSG dan tingginya kepemilikan asing. Aksi jual ini menciptakan efek domino terhadap pasar secara keseluruhan.
Faktor Psikologis dan Reaksi Berlebihan Pasar
Reaksi pasar terhadap peristiwa sosial-politik sering kali dipengaruhi oleh sentimen dan faktor psikologis, bukan semata-mata oleh data ekonomi atau kinerja fundamental perusahaan. Penurunan IHSG pada 29 Agustus mencerminkan hal tersebut: tekanan yang bersumber dari ketidakpastian institusional, bukan dari pelemahan ekonomi.
Padahal, jika dilihat secara makro, fundamental ekonomi Indonesia tetap dalam kondisi baik. Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 mencapai 5,2%, tingkat inflasi stabil di bawah 3%, dan neraca perdagangan masih mencatat surplus. Artinya, pelemahan IHSG ini lebih mencerminkan reaksi jangka pendek daripada penurunan nilai intrinsik perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa.
Saatnya Investor Lokal Ambil Alih Peran
Kondisi ini justru membuka peluang strategis bagi investor domestik untuk mengambil alih posisi yang dilepas oleh investor asing. Ketika valuasi saham menurun drastis tanpa perubahan fundamental, maka harga pasar dan nilai riil perusahaan menjadi terdiskoneksi — dan di sinilah peluang investasi muncul.
Investor lokal memiliki keuntungan tersendiri:
-
Pemahaman terhadap situasi dalam negeri
Investor lokal lebih mengenal dinamika politik dan sosial Indonesia dan dapat menilai potensi risiko secara lebih realistis daripada investor asing yang bertindak berdasarkan persepsi dan data sekunder. -
Orientasi jangka panjang
Banyak investor domestik, terutama investor ritel dan institusi nasional seperti dana pensiun, memiliki horizon investasi jangka panjang. Mereka bisa bertahan melewati volatilitas sementara dan mendapatkan keuntungan dari pemulihan pasar di masa depan. -
Valuasi saham diskon
Penurunan harga akibat sentimen negatif menjadikan banyak saham berada di bawah nilai wajarnya. Ini adalah saat yang tepat untuk akumulasi bertahap, terutama pada saham dengan fundamental kuat, arus kas stabil, dan prospek pertumbuhan jangka panjang.
Sektor-Sektor yang Layak Diperhatikan
Dalam situasi seperti ini, investor lokal disarankan fokus pada sektor-sektor yang memiliki ketahanan tinggi dan tetap relevan terlepas dari dinamika politik jangka pendek:
-
Perbankan: Bank besar seperti BBRI dan BMRI tetap mencatatkan pertumbuhan laba, ekspansi kredit sehat, dan memiliki struktur permodalan yang kuat.
-
Konsumer primer: Produk kebutuhan pokok tetap dibutuhkan, meski dalam situasi gejolak. Emiten seperti ICBP dan UNVR tetap memiliki pangsa pasar kuat.
-
Telekomunikasi: Sektor ini relatif defensif dan memiliki arus kas yang stabil, seperti yang terlihat pada TLKM dan EXCL.
Strategi Investasi Saat Pasar Bergejolak
Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh investor lokal saat IHSG terkoreksi akibat faktor sosial-politik:
1. Dollar Cost Averaging (DCA)
Membeli saham secara berkala dalam jumlah yang sama, tanpa memperhatikan harga pasar, untuk meredam risiko volatilitas harga.
2. Fokus pada Fundamental
Jangan terpancing isu jangka pendek. Perhatikan laporan keuangan, pertumbuhan laba, rasio keuangan, dan prospek industri emiten.
3. Diversifikasi Portofolio
Sebar investasi ke beberapa sektor dan jenis aset untuk mengurangi risiko konsentrasi.
4. Manfaatkan Momentum Akumulasi
Saat investor asing keluar dan harga tertekan, gunakan momen ini untuk masuk secara bertahap ke saham-saham unggulan yang kini berada pada valuasi menarik.
Kesimpulan: Risiko Membuka Peluang
Pasar saham pada dasarnya mencerminkan sentimen kolektif pelaku pasar. Ketika sentimen negatif mendominasi akibat peristiwa sosial-politik, harga saham bisa jatuh tidak proporsional terhadap nilai riilnya. Penurunan IHSG pada 29 Agustus 2025 akibat demonstrasi menuntut pembubaran DPR adalah contoh nyata.
Namun, bagi investor yang mampu melihat di balik gejolak, justru di situlah letak peluang emas untuk investasi jangka panjang. Saham-saham yang hari ini dijual karena ketakutan, bisa menjadi sumber keuntungan besar saat pasar pulih dan sentimen membaik.
Investor lokal diharapkan tidak hanya menjadi penonton dalam situasi seperti ini. Dengan pemahaman, strategi yang tepat, dan keberanian untuk bertindak rasional di tengah kekacauan, investor dalam negeri bisa mengambil peran sebagai penggerak pemulihan pasar modal nasional.
“Volatilitas adalah harga yang harus dibayar untuk pertumbuhan jangka panjang.”
– Warren Buffett
Disclaimer: Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan saran investasi langsung. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasi dengan penasihat keuangan sebelum mengambil keputusan investasi.




